Secangkir teh hangat dan sepotong rindu
di suatu kedai kecil di kotamu
: masa lalu membuntutiku
pada remang lampu jalan, derik kereta kuda,
dan helaihelai daun runtuh di kakiku
di percakapan terakhir kita
malam turun terlalu tibatiba, dan
kau tersedu tak disengaja
seperti denyar kilat atau hujan menggelepar
katakata jatuh kaku meruap beku di udara
kesunyian yang agung menjelma monumen di alunalun kota
aku adalah si bisu
adalah si tuli
adalah si buta
adalah pengelana yang sesat
tenggelam dalam hirukpikuk hingarbingar manusia
sedang kau adalah utara
atau selatan
atau tenggara
atau baratdaya
atau mana saja arah mata angin penunjuk semesta
tapi kau berkelit menjauh begitu saja
menyelinap hilang ditelan loronglorong senja
ah, kuamati kau lambatlambat lenyap
saat kusesap secangkir teh hangat ditemani sepotong rindu
di suatu kedai kecil di kotamu.
Jatinangor, Februari 2007
February 20, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)