menunggu hujan reda
rasa pundakmu samar masih teraba
seperti siul angin atau titik-titik air melenting
ingatan melompat menghambur menghantam
niat yang maju mundur
menunggu hujan reda
kalau belum mengamuk badai buat apa kita gelisah?
kalau belum gelegar petir menyambar kilat
menghunjam mencucuk mencacah
buat apa kita berdarah?
bukankah hari terlampau singkat bagiku
bagimu untuk jadi seorang pengecut
bukankah Tuhan bersama orang-orang yang berani
bukankah sudah kusandarkan impian di pundakmu
yang terkulai ditegar-tegarkan di bangku taman itu
dulu.
Jakarta, November 2010
November 15, 2010
September 29, 2010
KETIKA DAHAN PATAH
kuserukan namamu saat kudengar kertak suara itu
yang menyelusup lirih menembus kabut pagi buta
di luar,
burung gereja menarikan ritual-ritual ritmis gembira
mencericip riang menyambut subuh yang luntur
di tepi jendela
jauh ke timur,
fajar baru redup menyala
menjatuhkan bayang-bayang serupa lukisan kabur
di tanah basah
dan hatiku yang gemas kau remas seperti kertas
berderak serupa dahan pohon di belakang rumah
"kraakk..."
patah jadi dua.
Jakarta, September 2010
yang menyelusup lirih menembus kabut pagi buta
di luar,
burung gereja menarikan ritual-ritual ritmis gembira
mencericip riang menyambut subuh yang luntur
di tepi jendela
jauh ke timur,
fajar baru redup menyala
menjatuhkan bayang-bayang serupa lukisan kabur
di tanah basah
dan hatiku yang gemas kau remas seperti kertas
berderak serupa dahan pohon di belakang rumah
"kraakk..."
patah jadi dua.
Jakarta, September 2010
August 1, 2010
SAJAK UNTUKMU
Semoga masih sempat kutuliskan sajak untukmu
sebelum seluruh rasa luruh menjadi abu
dan ingatan menguap bersama tetes-tetes keringat
kisah kau di jemariku
semoga sempat.
Jakarta, Januari 2010
sebelum seluruh rasa luruh menjadi abu
dan ingatan menguap bersama tetes-tetes keringat
kisah kau di jemariku
semoga sempat.
Jakarta, Januari 2010
JOKER
ada dia di matamu, aku tahu
tapi kita terus saja melaju
berpura-pura paham muslihat sang waktu
di dadamu, sunyi mengiris lebih tajam dari pedang
dan kau jadi terlampau gugup untuk sekadar menutup mulut
satir yang menjadi sajak
"why so serious?"
ah, luka di matamu
habis aku dimakan rindu
Jakarta, 2009
tapi kita terus saja melaju
berpura-pura paham muslihat sang waktu
di dadamu, sunyi mengiris lebih tajam dari pedang
dan kau jadi terlampau gugup untuk sekadar menutup mulut
satir yang menjadi sajak
"why so serious?"
ah, luka di matamu
habis aku dimakan rindu
Jakarta, 2009
TENTANG KEPERGIAN
dan mereka pergi
baris-berbaris menyulam mimpi
''ini takdirku, yang berdenyar dalam tiap denyut nadi.''
dan mereka pun pergi
Jakarta, Oktober 2009
baris-berbaris menyulam mimpi
''ini takdirku, yang berdenyar dalam tiap denyut nadi.''
dan mereka pun pergi
Jakarta, Oktober 2009
July 7, 2010
RUMAH-RUMAH BETERBANGAN
rumah-rumah beterbangan
ai, ai
di manakah kita, kawan?
rindu masih sama anyir masih sama pengap masih sama pening
rumah-rumah beterbangan di atas kepala
berputar menukik hilir-mudik berputar
berpusing
-kangen pulang-
Jakarta, Juli 2010
ai, ai
di manakah kita, kawan?
rindu masih sama anyir masih sama pengap masih sama pening
rumah-rumah beterbangan di atas kepala
berputar menukik hilir-mudik berputar
berpusing
-kangen pulang-
Jakarta, Juli 2010
June 27, 2010
FIN
ada yang selalu menahannya di sudut hari
ada yang memaksanya membalikkan badan
dan berlari
ada yang tak pernah usai
jeda yang terlampau panjang, tak tahu kapan selesai
ada
ada?
Jakarta, Juni 2010
ada yang memaksanya membalikkan badan
dan berlari
ada yang tak pernah usai
jeda yang terlampau panjang, tak tahu kapan selesai
ada
ada?
Jakarta, Juni 2010
June 10, 2010
TENTANG PERJALANAN
1
Katanya dia rindu tentang perjalanan
pada tiap tetes peluh yang meleleh
di sepanjang garis rambutnya yang masai
atau kerlingan nakal para pejalan di setiap persimpangan
dia rindu memandang senja jatuh di padang-padang kelam
pada malam banjir gelak seringai tak peduli esok
dan asing yang begitu kuat menyergap
,secuil rasa yang kini kian akrab,
2
tapi bukankah akan selalu ada tempat bagi kita untuk berlari?
menumpangkan kepala sejenak ke pundak yang terkulai sama letih
tapi bukankah kita entah bagaimana sudah begitu pula asingnya?
ruang kosong yang tak tahu lagi bagaimana mesti diisi
3
kugambarkan secarik peta sebagai pedomanmu
jika suatu hari nanti membutuhkanku
kau sudah tahu ke mana harus menuju
Jakarta, Juni 2010
Katanya dia rindu tentang perjalanan
pada tiap tetes peluh yang meleleh
di sepanjang garis rambutnya yang masai
atau kerlingan nakal para pejalan di setiap persimpangan
dia rindu memandang senja jatuh di padang-padang kelam
pada malam banjir gelak seringai tak peduli esok
dan asing yang begitu kuat menyergap
,secuil rasa yang kini kian akrab,
2
tapi bukankah akan selalu ada tempat bagi kita untuk berlari?
menumpangkan kepala sejenak ke pundak yang terkulai sama letih
tapi bukankah kita entah bagaimana sudah begitu pula asingnya?
ruang kosong yang tak tahu lagi bagaimana mesti diisi
3
kugambarkan secarik peta sebagai pedomanmu
jika suatu hari nanti membutuhkanku
kau sudah tahu ke mana harus menuju
Jakarta, Juni 2010
April 13, 2010
KITA SEDANG MEMANDANG SENJA
Kita sedang memandang senja
layar emas yang terkembang di depan mata
secerek kopi di atas meja,
dongeng-dongeng berhamburan di atas kepala
tunggu, jangan pergi dulu
biar kuselesaikan satu kisah penghabisan
sebelum tandas tersesap tetes terakhir di cangkir
sebelum hitam tumpah membutakan mata-mata sayu kita
Jakarta, April 2010
layar emas yang terkembang di depan mata
secerek kopi di atas meja,
dongeng-dongeng berhamburan di atas kepala
tunggu, jangan pergi dulu
biar kuselesaikan satu kisah penghabisan
sebelum tandas tersesap tetes terakhir di cangkir
sebelum hitam tumpah membutakan mata-mata sayu kita
Jakarta, April 2010
February 3, 2010
ENVY
Pinjamkan aku belati kesayanganmu
biar kutorehkan sesayat luka ke purnama itu
supaya kami berdua samasama berdarah
o, purnama cantik bulat sempurna
tak tahan lagi aku memandang dia tertawa
Jakarta, Januari 2010
biar kutorehkan sesayat luka ke purnama itu
supaya kami berdua samasama berdarah
o, purnama cantik bulat sempurna
tak tahan lagi aku memandang dia tertawa
Jakarta, Januari 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)