pagi di kotamu
kiri masih sama riuhnya seperti pasaraya
roman kisut di balik birai jendela
yang kami angin-anginkan itu adalah luka
yang terlampau lama membekap derai dalam tawa
sebelum panas menjalar membakar mata
di kotamu, apa juga yang tak mendulang rindu?
bising pecah ke dalam gendang telinga
mengantar isak tertahan yang termakan asap knalpot
menunggu pesan dari rumah terselip di kotak surat
ah, sia-sia saja mencoba akrab
sebab hidup tak pernah menyisakan selingan
waktu terjepit di tengah rimbun deadline
Jakarta, Juni 2011
June 5, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)