November 9, 2006

MANTRA

"jadi, apa lagi yang kita tunggu?" tanyamu waktu itu. Aku
bergeming, tak beranjak sedikit pun menatapmu. Pikirmu
aku tuli (telah kau ulang kalimat itu sepuluh kali). Aku tahu,
sang waktu tak akan mati suri sementara kita berdiam
diri. Tapi apa pula gunanya berkata-kata, jika hening mampu
ungkap banyak makna.

Dan kau kian gelisah.

Lalu, gumam apakah itu, yang masih juga tersekap dalam
liang mulutmu (seakan hendak mengajakku bercakap):
doa, puisi, atau sekadar janji tak pasti? Tak perlu
kau rapal mantra, percuma. Karena keajaiban tak pernah
bertahan lama.

Keretaku telah lama lewat, yang tersisa kini hanya seberkas
sinar yang lindap. Lalu lingkap.

No comments:

Post a Comment